Pagi itu aku mati
Di sebuah pagi yang pertama dari setiap hari, pernah sekali saat kepalaku terjatuh di antara dua lutut sendiri, perlahan aku mendengar suara manusia dengan nada berat, semakin lama semakin keras dan keras.
Di sebuah pagi yang berwarna hitam dari setiap hari, aku mendengarkan dengan berdebar-debar.
Di sebuah pagi yang sunyi dari setiap hari.
Ia datang dengan membawa setangkai mawar merah, menghampiriku yang kedinginan dan menangis.
Mawar yang kuat itu menyaksikan betapa pagi yang kelam seakan menyelimuti sebuah perjumpaan, ia tersenyum, lalu menatap, kemudian mengambilku, dihancurkan kepalaku, dipotong hatiku, dan mati aku.
Pun aku tertawa dalam kematian, sekalipun hilang seketika, setidaknya napas terakhirku tertinggal di bajunya.
"Aku memilihnya" —seperti itu ia berkata.
Di sebuah pagi yang berwarna hitam dari setiap hari, aku mendengarkan dengan berdebar-debar.
Di sebuah pagi yang sunyi dari setiap hari.
Ia datang dengan membawa setangkai mawar merah, menghampiriku yang kedinginan dan menangis.
Mawar yang kuat itu menyaksikan betapa pagi yang kelam seakan menyelimuti sebuah perjumpaan, ia tersenyum, lalu menatap, kemudian mengambilku, dihancurkan kepalaku, dipotong hatiku, dan mati aku.
Pun aku tertawa dalam kematian, sekalipun hilang seketika, setidaknya napas terakhirku tertinggal di bajunya.
"Aku memilihnya" —seperti itu ia berkata.
Komentar
Posting Komentar