Cara Yang Mulia
bila ku tulis namamu pada bait puisiku
niscaya seluruh kata akan meregang
sebelum sempat pena ku pegang
kau adalah apa yang aku sebut sebagai asa
kau adalah apa yang aku sebut sebagai gila
kau adalah apa yang aku sebut sebagai suka
kau adalah apa yang aku sebut sebagai luka
aku ingin memahami makna
tanpa melihat melalui mata
tanpa mendengar melalui telinga
tanpa bicara melalui kata
hingga suatu ketika
aku teringat pada Mutia
ada sebuah cara yang mulia
aku, melukis wajahmu dengan air seni
di tembok-tembok kamar mandi
apakah kau merasa terhina?
ini air seni buatan Tuhan
sudah tentu ini seni tingkat tinggi, bukan?
tidak seperti cat air buatan manusia
yang mirip kosmetik banci itu
aku tidak ingin menjadi seniman salon
aku, ingin menjadi seniman bersahaja
melukismu dengan apa adanya
meskipun begitu
tapi aku mencintaimu dengan mulia
tidak seperti Sapardi yang sederhana
Komentar
Posting Komentar